Netanyahu Ribut dengan Panglima Militer Israel Soal Rencana Caplok Gaza
Tel Aviv – Ketegangan politik dan militer kembali mencuat di Israel setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dikabarkan berselisih sengit dengan Panglima Militer Israel, Letjen Eyal Zamir, terkait rencana pendudukan penuh Jalur Gaza.
Netanyahu Dukung Pendudukan Penuh Gaza
Dalam pertemuan kabinet terbatas yang berlangsung selama tiga jam pada Selasa (5/8/2025), Netanyahu menegaskan dukungannya terhadap pendudukan penuh Jalur Gaza oleh militer Israel (IDF). Langkah ini disebut sebagai upaya memenuhi tuntutan mitra koalisi sayap kanan dan memperkuat posisi Israel setelah negosiasi dengan Hamas menemui jalan buntu.
Zamir: Pendudukan Gaza Adalah “Jebakan”
Namun, Letjen Eyal Zamir menyuarakan penolakan keras. Ia memperingatkan bahwa aksi semacam itu bisa menjadi jebakan strategis yang mengancam keselamatan sekitar 50 sandera yang masih ditahan Hamas dan sekutunya. Setidaknya 20 sandera diperkirakan masih hidup.
“Anda akan menciptakan jebakan di Gaza,” kata Zamir kepada Netanyahu seperti dilaporkan televisi publik Kan.
Menurut Zamir, menduduki Gaza sepenuhnya hanya akan mengikis kekuatan pasukan dan memperpanjang konflik tanpa hasil signifikan. Ia menyarankan strategi alternatif berupa pengepungan kota Gaza dan pusat populasi lainnya sebagai titik tekanan.
Putra Netanyahu Serang Zamir di Media Sosial
Situasi makin panas setelah Yair Netanyahu, putra sang PM yang tidak memegang jabatan publik, mengunggah posting di media sosial X yang menuduh Zamir berada di balik “upaya kudeta militer”.
Zamir pun menanggapi keras dalam rapat kabinet, mempertanyakan sikap PM Netanyahu: “Mengapa Anda menyerang saya di tengah perang?”
Caption: Yair Netanyahu menjadi sorotan usai menyerang Panglima IDF melalui media sosial.
Deskripsi Gambar: Yair Netanyahu saat diwawancarai media usai menulis kritik terhadap Jenderal Zamir di akun media sosial pribadinya.
Ancaman Mundur dan Konflik Internal di Pemerintahan
Netanyahu menolak permintaan Zamir agar kritik tidak dilakukan di ruang publik, dan menyindir: “Putra saya sudah dewasa, dia berusia 33 tahun.”
Sumber dari kantor PM menyebut bahwa jika Zamir menolak rencana pendudukan penuh Gaza, ia bisa memilih untuk mengundurkan diri. Perselisihan internal ini mencerminkan perpecahan mendalam dalam elite pemerintahan Israel mengenai arah perang ke depan.
Zamir Usulkan Pendekatan Bertahap
Menurut situs Walla News, Eyal Zamir mendorong strategi militer bertahap, dimulai dengan pengepungan wilayah kunci dan serangan presisi, dibanding pendudukan besar-besaran yang disebut berisiko tinggi.
Media Channel 12 juga mengutip Zamir yang mengatakan bahwa strategi pendudukan penuh “secara signifikan membahayakan nyawa para sandera dan memperlemah semangat serta kapasitas tempur IDF”.
Situasi Gaza Masih Genting
Konflik antara Israel dan Hamas belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Dengan perbedaan tajam antara pemimpin politik dan militer tertinggi, ketegangan internal ini dapat mempengaruhi keputusan strategis Israel ke depan dan memperumit upaya diplomatik serta penyelamatan sandera.
Apakah pendudukan penuh Gaza adalah solusi, atau justru menjadi perang jebakan seperti dikatakan Zamir? Hanya waktu yang akan menjawab.